Rasa Nyeri Saat Menstruasi? Apa Penyebabnya?

Bagi banyak perempuan, rasa nyeri saat menstruasi adalah bagian rutin dari siklus bulanan yang sering kali terasa mengganggu. Meskipun merupakan hal umum, kondisi ini memiliki dasar ilmiah yang kompleks. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami mekanisme biologis dan faktor risiko yang menyebabkan nyeri tersebut.

Mekanisme dan Penyebab Utama Rasa Nyeri Saat Menstruasi

Agar dapat menangani nyeri dengan lebih efektif, kita perlu memahami apa yang sebenarnya terjadi di dalam tubuh saat menstruasi berlangsung.

Kontraksi Rahim dan Prostaglandin

Pada awalnya, rasa nyeri saat menstruasi muncul akibat kontraksi otot rahim (miometrium) yang sangat kuat. Proses ini terpicu karena adanya peningkatan hormon prostaglandin—zat kimia yang terlepas ketika dinding rahim mulai meluruh. Karena prostaglandin memicu kontraksi yang lebih intens, maka pembuluh darah bisa tertekan dan aliran oksigen ke jaringan rahim terganggu. Akibatnya, jaringan rahim melepaskan zat pemicu nyeri.

Sebagai akibatnya, nyeri muncul sebagai sinyal bahwa tubuh sedang mengalami kekurangan oksigen di area tertentu. Proses ini wajar, tetapi dapat sangat menyakitkan jika kadar prostaglandin dalam tubuh meningkat secara signifikan.

Iskemia dan Hipersensitivitas Saraf

Lebih lanjut, kontraksi yang kuat tersebut akan menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah), sehingga timbul iskemia atau kekurangan oksigen di jaringan rahim. Karena kondisi ini, metabolit anaerob akan terproduksi dan memicu hipersensitivitas pada serabut saraf di sekitar panggul. Akibatnya, rasa nyeri saat menstruasi bisa terasa sangat tajam, menjalar ke punggung atau paha.

Ambang rasa sakit setiap individu menentukan transisi dari proses normal ke gangguan nyeri sangat, serta seberapa kuat tubuh merespons prostaglandin.

Peran Hormon Progesteron

Menjelang menstruasi, kadar hormon progesteron mengalami penurunan drastis. Penurunan ini tidak hanya berperan dalam peluruhan dinding rahim, tetapi juga meningkatkan produksi prostaglandin melalui jalur asam arakidonat dan enzim COX (siklooksigenase). Oleh karena itu, keseimbangan hormonal memainkan peran besar terhadap tingkat nyeri yang dirasakan.

Faktor Risiko Lain yang Berhubungan

Meskipun mekanisme biologisnya jelas, rasa nyeri saat menstruasi juga terpengaruh oleh berbagai faktor lain. Berikut beberapa di antaranya:

Stres dan Faktor Psikologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres emosional bisa memperkuat kontraksi rahim melalui respons neuroendokrin. Dengan demikian, perempuan yang mengalami stres berat cenderung merasakan nyeri menstruasi lebih intens.

Riwayat Keluarga

Jika ibu atau saudara perempuan pernah mengalami dismenore parah, maka kemungkinan besar individu tersebut juga akan mengalaminya. Artinya, faktor genetik dapat meningkatkan risiko.

Usia Menarche yang Terlalu Dini

Menstruasi pertama (menarche) yang terjadi di usia sangat muda—misalnya sebelum 12 tahun—berkaitan dengan sistem reproduksi yang belum matang. Dalam kondisi seperti ini, rasa nyeri saat menstruasi bisa terasa lebih menyakitkan karena sistem hormonal belum stabil.

Aktivitas Fisik

Perempuan yang jarang bergerak atau kurang berolahraga lebih rentan mengalami nyeri. Sebaliknya, aktivitas fisik rutin seperti jalan kaki, yoga, atau peregangan dapat membantu meredakan nyeri secara alami.

Faktor Gaya Hidup dan Kesehatan

Pola makan tidak sehat, konsumsi makanan cepat saji, merokok, dan kurang tidur juga berkontribusi terhadap tingkat nyeri haid. Selain itu, kondisi medis seperti endometriosis atau radang panggul bisa memperburuk rasa nyeri saat menstruasi secara signifikan.

Gejala Penyerta yang Perlu Diwaspadai

Selain nyeri di bagian perut bawah, beberapa perempuan juga mengalami gejala tambahan seperti mual, muntah, sakit kepala, hingga pingsan. Bahkan dalam kasus tertentu, nyeri bisa menjalar ke punggung dan paha bagian dalam. Gejala seperti ini menandakan bahwa dismenore perlu mendapatkan perhatian medis lebih lanjut.

Sebagai penutup, kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin menyebabkan rasa nyeri saat menstruasi yang kemudian memicu iskemia dan rangsangan saraf nyeri. Selain faktor biologis, aspek hormonal, stres, riwayat keluarga, dan gaya hidup juga turut memengaruhi tingkat nyeri. Dengan memahami penyebab utamanya, perempuan dapat mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang lebih tepat untuk tetap produktif selama masa menstruasi.

Referensi

Amrullah Syah Putra, Nicko P. K. Saputra, Noviardi, Ismawati. (2024). Analisis Faktor Risiko Dismenore Primer dan Sekunder pada Mahasiswi. Jurnal Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 34 No. 1, hlm. 166–176.
[Sumber faktor risiko seperti stres, alergi makanan, riwayat kekerasan emosional, volume darah menstruasi, dan iskemia]1974-Article Text-10702….

Kasma, A. S. R., Apriyanto, Mayangsari, R., Fauziah. (2024). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenore pada Mahasiswi di Majene. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Vol. 19 No. 1, hlm. 22–28.

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8943241

Comments |9|