Dikotomi Kendali Sebagai Orangtua: Seni Mengendalikan Diri

Seorang ibu dan ayah tersenyum hangat sambil berinteraksi dengan bayi mereka di rumah, menggambarkan kehangatan keluarga dan konsep dikotomi kendali dalam pengasuhan anak.

Dikotomi kendali sebagai orangtua mengajarkan orangtua untuk membedakan antara hal-hal yang bisa mereka kendalikan dan hal-hal yang berada di luar kendali mereka. Saat menjalani proses membesarkan anak, banyak orangtua berusaha membuat segalanya berjalan sempurna, padahal tidak semua hal dapat mereka atur sesuai rencana. Melalui pemahaman ini, orangtua belajar untuk fokus pada usaha, kasih sayang, dan keteladanan, sambil menerima bahwa banyak hal dalam perkembangan anak berada di luar kuasa mereka.

Pengertian Dikotomi Kendali

Secara sederhana, dikotomi kendali membagi kehidupan menjadi dua sisi: hal-hal yang bisa kita kendalikan dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Dalam konteks dikotomi kendali sebagai orangtua, hal ini berarti orangtua memiliki kendali atas cara mereka mendidik, memberi batasan, dan memberikan contoh yang baik. Namun, mereka tidak bisa sepenuhnya mengontrol bagaimana anak merespons, bagaimana anak berperilaku di luar rumah, atau bagaimana anak memilih jalan hidupnya kelak.

Melalui pemahaman ini, orangtua diajak untuk mengarahkan energi pada hal-hal yang bisa diusahakan—seperti membangun komunikasi yang sehat atau menanamkan nilai moral—bukan pada hal-hal yang tidak dapat diubah. Dengan begitu, mereka dapat menjalani peran pengasuhan dengan lebih tenang dan penuh kesadaran.

Dikotomi Kendali dalam Pola Asuh Orangtua

Dalam praktiknya, dikotomi kendali sebagai orangtua menuntut keseimbangan antara kontrol dan kasih sayang. Orangtua perlu memberikan batasan yang jelas, namun tetap menghargai proses alami anak dalam belajar dan tumbuh. Misalnya, orangtua mengatur rutinitas belajar anak, tetapi anaklah yang menentukan apakah ia akan mencintai pelajaran yang sama seperti orangtuanya atau tidak.

Selain itu, konsep ini juga mengajarkan pentingnya growth mindset—keyakinan bahwa kemampuan anak berkembang seiring usaha. Jadi, ketika anak gagal, orangtua tidak perlu merasa kecewa berlebihan. Sebaliknya, mereka dapat memanfaatkan momen itu sebagai sarana belajar bersama. Dengan cara ini, dikotomi kendali sebagai orangtua membantu membentuk keluarga yang lebih resilien dan saling memahami.

Lebih jauh lagi, prinsip ini mendorong orangtua untuk menahan dorongan ingin “mengontrol segalanya”. Karena ketika orangtua berusaha mengendalikan hal-hal di luar jangkauan, justru stres dan rasa frustrasi yang muncul. Maka, seni sejati dalam pengasuhan bukanlah mengendalikan anak, melainkan mengendalikan diri sendiri.

Manfaat dan Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan dikotomi kendali sebagai orangtua memiliki banyak manfaat, terutama bagi kesejahteraan emosional keluarga. Ketika orangtua berhenti menuntut kesempurnaan, suasana rumah menjadi lebih damai. Anak pun merasakan penerimaan orangtuanya apa adanya, bukan hanya saat mereka berhasil.

Orangtua dapat mengimplementasikannya melalui beberapa langkah sederhana yang bisa mereka lakukan setiap hari:

  • Fokus pada usaha, bukan hasil akhir.
  • Tenangkan diri sebelum menegur anak.
  • Terima bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
  • Orangtua mengalihkan perhatian dari hal-hal yang tidak bisa mereka ubah ke hal-hal yang bisa mereka perbaiki.

Melalui latihan konsisten, orangtua akan lebih mudah mengenali batas kendalinya. Akibatnya, stres berkurang, komunikasi membaik, dan hubungan keluarga menjadi lebih hangat.

Selain itu, konsep ini juga membantu anak belajar tanggung jawab. Ketika orangtua tidak selalu mengambil alih atau memaksa, anak punya kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri. Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri sekaligus kemandirian sejak dini.

Singkatnya, dikotomi kendali sebagai orangtua bukan hanya tentang melepaskan kontrol, melainkan tentang seni mengendalikan diri. Dengan membedakan antara hal yang bisa diubah dan yang tidak, orangtua dapat menjalani pengasuhan dengan lebih bijaksana dan penuh ketenangan.

Daripada berfokus pada hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, arahkan energi pada hal-hal yang bisa diupayakan—sikap, kesabaran, dan kasih sayang. Karena pada akhirnya, anak tidak hanya belajar dari nasihat orangtuanya, tetapi dari bagaimana orangtua mengendalikan diri dalam menghadapi kehidupan.

Referensi
https://www.idntimes.com/life/inspiration/5-kesalahan-yang-harus-dihindari-dalam-dikotomi-kendali-01-fqxf8-t6043g
https://www.literasiliwangi.com/content/read/ragam/87/tips-tenang-menyikapi-segala-situasi-dengan-dikotomi-kendali-dalam-buku-filosofi-teras/

Comments |7|